Jumat, 28 Oktober 2011

ANALISIS SWOT

ANALISIS SWOT


KEKUATAN 

o Nestlé beroperasi di 103 negara di dunia sejak lebih dari 130 tahun yang lalu. Ia datang ke Indonesia lebih dari 27 tahun yang lalu. Ini telah membangun kredibilitas yang baik di antara pelanggannya.
o memiliki posisi yang baik untuk semua produk mereka.
o Nestlé telah dibangun tiga pabrik di Indonesia. Susu pabrik di Pasuruan, kopi (Nescafé) pabrik di Bandar Lampung, dan pabrik permen di Tangerang.
o Nestlé memiliki jaringan distribusi yang besar. Produk ini tersedia di mana-mana, dari supermarket besar di kota-kota besar untuk kios-kios kecil di desa-desa.
o Nestlé memproduksi berbagai merek cocok untuk pasar target.
Sebagai contoh: ada berbagai jenis susu untuk berbagai jenis target pasar, seperti:
 Nesvita untuk orang dewasa
§
§Ideal untuk rendah anak-anak kelas ekonomi 
 Dancow untuk ekonomi menengah balita dan anak-anak kelas
§
 Nan untuk high-ekonomi kelas bayi
§
 Excella Emas untuk tinggi-ekonomi kelas balita
§
 Milo untuk anak-anak yang membutuhkan lebih banyak energi untuk melakukan kegiatan olahraga

 Nestlé memimpin pasar kelas rendah susu. Dari total penjualan susu rendah kelas selama 3,5 miliar Rupiah,  Nestle memiliki 50% dari mereka. Untuk saat ini, Dancow mengambil memimpin di pasar Indonesia.
o Nestle (Milo) memimpin pasar susu cokelat di Indonesia (85% dari pangsa pasar).
o Nestlé selalu melakukan penelitian lebih lanjut dan pengembangan untuk produk mereka, serta inovasi dan renovasi.
 Dancow memiliki varian yang berbeda begitu banyak rasa dan untuk usia target pasar yang berbeda

 Nestlé menambahkan nutrisi baru dalam produk Dancow, seperti untuk Dancow + ada Protectus Lactobacillus ditambahkan!

Nestlé promosi melalui TV komersial selalu menarik dan selalu menarik perhatian penonton dan keinginan oleh beberapa kata-kata sederhana namun mudah diingat dan kalimat, seperti Kit-Kat.

KELEMAHAN
Beberapa produk Nestle masih diimpor dari Malaysia dan Thailand sejak pabrik-pabrik produk tersebut belum didirikan di Indonesia, dan juga tidak ada bahan baku yang sesuai dan teknologi untuk produk, seperti:
 Milo (siap minum susu dan cokelat) dan semua produk coklat lainnya
§ (Kit-Kat, Crunch, Smarties, Sakti bar) masih diimpor dari Malaysia.
 Beruang Merek susu diimpor dari Thailand.
§
Beberapa produk tidak dipromosikan dengan baik, seperti:
Makanan bayi
Nestlé botol air 

Anyelir (susu kental untuk low-ekonomi masyarakat kelas)



PELUANG
o Nestle dan PT. Indofood Sukses Makmur membuat perusahaan patungan bernama PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia. Hal ini akan menciptakan peluang baru untuk memperluas jangkauan bisnis mereka. Terutama untuk Nestlé untuk mendistribusikan produk-produk mereka seperti produk mereka bumbu, Maggi.
o Nestlé SA dan The Coca Cola Company membuat perusahaan patungan 50:50 di Indonesia bernama PT AdeS Waters Indonesia Tbk untuk Hidup Nestlé Murni.
o Menurut sensus tahun 2000, ada lebih dari 20 juta balita di Indonesia. Rata-rata, setiap balita perlu minum sekitar 0,6-aku liter susu sehari. Di Indonesia, pertumbuhan pasar susu mencapai 20% -35% per tahun. Hal ini sangat bermanfaat untuk Nestlé, yang memiliki varietas produk susu bayi.
Nutrisi o tingkat bayi, balita, dan anak-anak di Indonesia masih rendah, ada kebutuhan untuk meningkatkan tingkat gizi. Oleh karena itu Nestle dapat menjual lebih banyak produk.
o Meningkatkan tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat Indonesia dan kenyataan bahwa sebagian besar keluarga di Indonesia adalah orang tua muda dengan dua anak. Dengan bekerja orang tua yang sibuk, alokasi dana untuk anak-anak mereka semakin besar.
o Di Indonesia, ada kebiasaan untuk mengkonsumsi produk yang lebih cepat atau ready-to-eat/drink. Dengan teknologi saat ini untuk menghasilkan produk instan dengan paket aman, Nestlé mampu memenuhi kebutuhan ini.
o Masih ada orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Orang-orang ini telah menjadi buruh murah bagi pabrik-pabrik Nestle di Indonesia.



ANCAMAN 

o Ada persepsi dalam masyarakat bahwa merek asing lebih baik daripada yang lokal. Nestlé adalah dianggap sebagai merek lokal.
o Ada merek lebih asing daripada yang lokal yang menghasilkan jenis produk yang sama. Sehingga sulit untuk Nestlé untuk bersaing.
o Mead Johnson, salah satu pesaing Nestlé dalam menjual susu, telah membuka pabrik di Indonesia. Beberapa produk Mead Johnson:
 Sustagen anak, SMP,
 Enfagrow
o Jadi sebagai perusahaan susu lainnya internasional seperti Abbott (gain ditambah muka), Wyeth (Procal) dan Nutricia (Bebelac, Nutrilon). Perusahaan-perusahaan ini pesaing utama Nestlé untuk super premium dan susu premium kelas.
o Untuk kelas rendah susu, Nestle juga memiliki beberapa pesaing, seperti Frisian Flag, Indomilk, dan Sari Husada (SGM).
o Untuk makanan bayi, pesaing adalah Indofood (promina, matahari)
o Ada banyak tuntutan dari konsumen untuk nutrisi tambahan dalam produk susu. Itu membuat Nestlé telah melakukan banyak penelitian dan menambahkan nutrisi khusus untuk produk mereka.
o kesadaran untuk minum susu sejak usia dini masih rendah di Indonesia. Khusus untuk dewasa dan orang tua. Ada fakta bahwa susu yang dikonsumsi di Indonesia masih sepertiga dari yang dikonsumsi di Thailand dan setengah dari susu yang dikonsumsi di



Struktur Organisasi Bank BNI







Peter B. Stok - Komisaris Utama / Independen
Efektif menjabat sebagai Komisaris Utama sejak 4 Agustus 2009. Memperoleh gelar sarjana Ekonomii dari Universitas Padjadjaran, Bandung. Jabatan sebelumnya adalah sebagai Komisaris Bank Permata, Executive Vice President PT Bank Mandiri (Persero), Presiden Komisaris PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Direktur Utama PT Bank Dagang Negara (Persero), Direktur Utama PT Bank Pelita, Wakil Presiden Direktur PT Bank Pelita dan Wakil Presiden Direktur PT Bank Niaga.


Tirta Hidayat - Wakil Komisaris Utama
Efektif menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama sejak 12 Juli 2010. Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia dan gelar Doktor Ekonomi Regional dari Cornell University, New York, USA.

Saat ini  menjabat sebagai Deputi Bidang Ekonomi, Sekretariat Wakil Presiden R.I. dan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Jabatan sebelumnya adalah Kepala Biro Perencanaan dan Pengkajian Ekonomi Makro, Bappenas, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Tenaga Kerja.







Ekoputro Adijayanto - Komisaris
Menjabat Komisaris sejak 12 Juli 2010. Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia.

Saat ini  menjabat sebagai Staf Khusus Menteri, Kementerian BUMN. Jabatan sebelumnya sebagai  Staf Ahli Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero), SVP-Group Head Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk  dan Coordinator General Manager Ritel Regional I PT Bank Permata Tbk.





HMS Latief

Bagus Rumbogo - Komisaris
Menjabat Komisaris sejak 12 Juli 2010. Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia.

Saat ini menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian BUMN. Jabatan sebelumnya antara lain  sebagai Inspektur Utama Kementerian PPN/Bappenas, Kepala Bidang pada Kantor Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Kepala Bagian pada Kantor Menteri Koordinator Bidang Wasbang dan PAN.







Bangun Sarwito Kusmuljono - Komisaris Independen
Menjabat Komisaris sejak 12 Juli 2010.  Memperoleh gelar Insinyur Teknik Kimia dari Institut Teknologi Bandung dan gelar Doktor SDA Lingkungan dari Institut Pertanian Bogor.

Jabatan sebelumnya sebagai Komisaris Independen PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Komisaris Utama PT Syariat Takaful Indonesia, Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (Persero) dan Komisaris PT Bank Niaga Tbk

Achil Ridwan Djajaningrat - Komisaris Independen
Efektif menjabat sebagai Komisaris Independen sejak 24 Maret 2008. Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi dari Universitas Indonesia dan Master of Art dari Arthur D. Little School of Management Education Institute, Boston USA.
Jabatan sebelumnya sebagai Direktur Kepatuhan Bank BNI, Pimpinan Bank Indonesia Yogyakarta, Staf Ahli Dewan Gubernur Bank Indonesia dan Anggota Dewan Komisaris Indover Bank.
Fero Poerbonegoro - Komisaris Independen
Efektif menjabat sebagai Komisaris Independen sejak 1 Juli 2010 (sebelumnya sebagai Komisaris). Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Brawijaya dan Magister Manajemen Keuangan dari Universitas Gadjah Mada.
Jabatan sebelumnya antara lain sebagai Direktur Bank BNI, Direktur Bank Central Asia dan Project Manager New Core Banking di BNI.
















Daftar Pustaka :
1. Bulkis, Siti, Perencanaan Partisipatif-Bahan Kuliah Teori Perencanaan;
2. Tjokroamidjojo, Bintoro, Prof,H, – Manajemen Pembangunan, PT Toko Gunung Agung, Jakarta 1995;
3. Western, John, S, and Wilson, Paul, R – Planning Turbulent Environment, University of Queensland Press, St.Lucia Queensland, 1977;
4. Wiroatmodjo, Piran dkk, Otonomi dan Pmbangunan Daerah (Bahan ajar Diklatpim IV), Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,2001

ORGANIZING


NESTLE PEMIMPIN: Peter Brabeck-Letmathe, Nestlé Ketua dan Paul Bulcke, Nestlé Kepala Executive Officer (CEO).
Nestlé memiliki Dewan Direksi, yang dipimpin oleh Ketua kami Peter Brabeck-Letmathe, yang adalah mantan CEO Nestle. Ada 15 anggota Dewan Direksi. Rincian lengkap dari masing-masing anggota dan komite bahwa mereka beroperasi dalam dapat ditemukan di kita Direksi bagian.

·         Peter Brabeck-Letmathe
Ketua Dewan Direksi, Nestle SA
Ketua dan Komite Corporate Governance (Ketua)
Komite Nominasi
Jangka berakhir: 2013
Chief Executive Officer, Nestlé SA
Anggota Dewan Direksi Nestle:
Ketua dan Komite Corporate Governance
Jangka berakhir: 2014
1 Wakil Ketua
Ketua dan Komite Corporate Governance
Komite Kompensasi
Komite Nominasi (Ketua)
Jangka berakhir: 2014
2 Wakil Ketua
Ketua Komite dan Komite Corporate Governance
Komite Audit (Ketua)
Jangka berakhir: 2014
Ketua dan Komite Corporate Governance
Komite Kompensasi
Jangka berakhir: 2012
Komite Kompensasi (Ketua)
Jangka berakhir: 2012
Komite Kompensasi
Jangka berakhir: 2014
Komite Audit
Jangka berakhir: 2013
Komite Nominasi
Jangka berakhir: 2012
Komite Nominasi
Jangka berakhir: 2013
Komite Audit
Jangka berakhir: 2014
Komite Audit
Jangka berakhir: 2014
Direksi
Jangka berakhir: 2013
Direksi
Jangka berakhir: 2013
· 
Direksi
Jangka berakhir: 2014

Dewan Eksekutif

Chief Executive Officer, Nestlé SA
Anggota Dewan Direksi Nestle:
Ketua dan Komite Corporate Governance
Jangka berakhir: 2014
Eksekutif Wakil Presiden
Chief Technology Officer, Kepala Inovasi, Teknologi, Penelitian dan Pengembangan
Eksekutif Wakil Presiden

Operasi, GLOBE
Eksekutif Wakil Presiden
Chairman dan CEO Nestle Waters
Eksekutif Wakil Presiden
Keuangan dan Kontrol, Hukum, IP, Pajak, Departemen Keuangan, Global Nestlé Layanan Bisnis
Eksekutif Wakil Presiden
Direktur Zona Eropa
Eksekutif Wakil Presiden
Direktur zona Amerika Serikat, Kanada, Amerika Latin, Karibia
Eksekutif Wakil Presiden
Bertanggung jawab atas Unit Bisnis Strategis, Pemasaran, Penjualan dan Nespresso
Eksekutif Wakil Presiden
Zona Direktur untuk Asia, Oseania, Afrika dan Timur Tengah
Deputi Wakil Presiden Eksekutif
CEO Nestlé Profesional
Deputi Wakil Presiden Eksekutif
Kepala Sumber Daya Manusia dan Administrasi Pusat
Deputi Wakil Presiden Eksekutif
Kepala Nestlé Nutrisi
Senior Wakil Presiden
Corporate Governance, Kepatuhan dan Corporate Services
Ketua Kehormatan
Helmut Oswald Maucher
#media pemasarannya

Visi dari Nestlé R & D jangka panjang. Sebuah sekilas tentang bagaimana Nestle R & D adalah membantu membentuk masa depan makanan disediakan melalui halaman internet.
Inovasi adalah salah satu keuntungan utama Nestle kompetitif. Kami memiliki lebih dari 140 tahun penelitian, pengembangan dan ilmiah know-how. Meskipun ada banyak penelitian ilmu murni dan terapan yang terjadi di global kami pusat R & D, Nestle memastikan bahwa konsumen, dan menguntungkan konsumen, tetap pada inti dari semua kegiatan kami.
Manfaat Konsumen
Nestle R & D alamat tiga bidang manfaat bagi konsumen:
  • Keselamatan dan Kualitas - ini mendasari semua produk Nestlé
  • Gizi dan Kesehatan
  • Rasa, Tekstur dan Kenyamanan
Lihatlah beberapa dari kami masa lalu , sekarang dan masa depan inovasi di bidang ini

PERENCANAAN STRATEGIS (STRATEGIC PLANNING)


PERENCANAAN STRATEGIS (STRATEGIC PLANNING)


Perencanaan merupakan salah satu empat fungsi manajemen yang penting dan saling terkait satu sama lain. Berbicara tentang perencanaan, kita dihadapkan pada pertanyaan apakah suatu rencana berjalan dengan baik atau tidak. Pertanyaan mendasar ini kiranya aktual diajukan manakala kita melihat realitas keseharian yang menunjukkan banyaknya kegagalan akibat perencanaan yang salah dan tidak tepat. Kesalahan perencanaan dapat berada pada awal perencanaan itu sendiri ataupun pada saat proses perencanaan itu berlangsung.
Banyak perencanaan pemerintah yang gagal gara-gara apa yang direncanakan tersebut tidak mempunyai pijakan yang relevan dengan kondisi sosial budaya masyarakat. Bahkan kadang-kadang alih – alih prrgram yang dilaksanakan dapat memberdayakan masyarakat, akan tetapi pada akhirnya ternyata malah menciptakan ketergantungan masyarakat kepada pemerintah. Artinya pemerintah selalu memberikan ikan, bukan kail seperti yang sering disampaikan oleh beberapa pakar. Melihat kenyataan ini, timbul tanda tanya besar bagi perencana, kenapa hal ini terjadi. Tulisan singkat ini berusaha mendeskripsiklan kajian perencanaan dalam perspektif yang mendasar berkaitan dengan filosofi , tujuan dan proses perencanaan tanpa pretensi dapat menjelaskan semuanya.
FILOSOFI PERENCANAAN
Mengawali uraian tentang filosofi perencanaan, salah hal yang penting dikemukakan adalah definisi tentang terminologi filosofi dan perencanaan. Terbayang dalam pikiran kita, bahwa term filosofi merupakan derivasi dari kata filksafat. Secara harfiah (etismologi) filsafat perencaan terdiri dari dua filosofi atau filsafat dan perencanaan yang mengandung satu pengertian . Filosofi atau filsafat berasal dari kata Yunani yaitu : Philisophia” yang terdiri dari kata Fhilein , Philos atau philea yang berarti “ cinta “ dan kata “ Sophia” berarti kebijaksanaan atau kearifan ( Dardini 1986 : 9).
Menurut isinya, filsafat mempelajari metodologi , hakekat kebenaran dari segala sesuatu yang ada (ontologi) dan nilai – nilai (aksiologi) dari segala sesuatu hal ihwal terutama tentang manusia dan cita-citanya , lingkungannya , agamanya , kehidupannya , ideologinya , hakekat dirinya dan lain-lain sebagainya (A.R.Tahir (1992)).
Sedangkan Perencanaan menurut Abe (2001, 43) tidak lain dari susunan (rumusan) sistematik mengenai langkah (tindakan-tindakan) yang akan dilakukan di masa depan, dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang seksama atas potensi, faktor-faktor eksternal dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam pengertian ini, termuat hal-hal yang merupakan prinsip perencanaan, yakni : (1) apa yang akan dilakukan, yang merupakan jabaran dari visi dan misi; (2) bagaimana mencapai hal tersebut; (3) siapa yang akan melakukan; (4) lokasi aktivitas; (5) kapan akan dilakukan, berapa lama; dan (6) sumber daya yang dibutuhkan.
Bersesuaian dengan pendapat di atas, Tjokroamidjojo (1992, 12) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif. Selanjutnya dikatakan bahwa perencanaan merupakan penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.
Dengan demikian, menurut Tjokroamidjojo (1992, 14) terdapat 5 (lima) hal pokok yang perlu diketahui dalam perencanaan ataupun perencanaan pembangunan, yakni :
· Permasalahan-permasalahan pembangunan suatu negara/masyarakat yang dikaitkan dengan sumber-sumber pembangunan yang dapat diusahakan, dalam hal ini sumber-sumber daya ekonomi dan sumber-sumber daya lainnya.
· Tujuan serta sasaran yang ingin dicapai.
· Kebijaksanaan dan cara untuk mencapai tujuan dan sasaran rencana dengan melihat penggunaan sumber-sumbernya dan pemilihan alternatif-alternatifnya yang terbaik.
· Penterjemahan dalam program-program atau kegiatan-kegiatan usaha yang konkrit.
· Jangka waktu pencapaian tujuan.
Perencanaan adalah merumuskan tujuan usaha , produsen , metode dan jawdal pelaksanaannya di dalamnya termasuk ramalan tentang kondisi di masa yang akan datang dan perkiraan akibat dari rencana terhadap kondisi tersebut. Dengan demikian maka perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan , bagaimana , bilamana dan oleh siapa (Aji dan Sirait , 1982).
Jadi , hakekat dari pengertian filosofi / filsafat dan perencanaan diatas maka dengan demikian filsafat perencanaan dapat dirumuskan bahwa filsafat perencanaan adalah suatu studi tentang prinsip-prinsip dalam proses dan mekanisme perencanaaan secara radikal (mendalam), ekspansif (luas) , dan integral (menyeluruh) berdasarkan filsafat antologis , epistemologis dan aksiologis.
Untuk mempelajari filsafat perencanaan sangat bermanfaat bagi aparat perencana yang berperan sebagai penyusun perencanaan baik di tingkat pusat , daerah , bahkan pada tingkat paling bawah yaitu desa / kelurahan. Manfaat yang dapat diperoleh dalam mempelajari filsafat perencanaan :
  1. Dapat menjadi perencana yang bermoral dan bijaksana. Dengan demikian ia akan terhindar dari segala penyelewengan-penyelewengan yang dapat menimbulkan perencanaan yang dwifungsional.
  2. Mencegah terjadinya pemborosan anggaran sebagai akibat dari penyalahgunaan perencanaan pembangunan.
  3. Agar proses perencanaan dapat dilaksanakan secara partisipatif.
  4. Agar hasil dari proses perncanaan yaitu penetapan APBD dapat memperhatikan kebutuhan masyarakat dan berorientasi pada lingkungan.
  5. Memberi inspirasi yang luhur bagi pimpinan perncana baik dipusat maupun didaerah dapat menjalankan kepemimpinannya berdasarkan nilai-nilai luhur sesuai nilai-nilai budaya sendiri.
  6. Dapat berfungsi sebagai kontrol dan mencegah prilaku pejabat yang tercela.
  7. Dengan demikian para perencana diharapkan menjadi “insan perencana paripurna”.
Selanjutnya Perencanaan menurut Piran Wiroatmodjo dkk (2001 ; 38) memiliki kedudukan yang sangat penting di dalam pembangunan daerah. Perencanaan yang baik menjadikan kegiatan pembangunan daerah :
1. Dilaksanakan secara sistematis, terarah sesuai dengan tujuan pembangunan dan berkelanjutan.
2. Lebih efisien di dalam penggunaan dana, tenaga dan sumber daya yang lain pada setiap kegiatan.
3. Lebih tepat guna bagi peningkatan kesejahteraan daerah dan pemeliharaan lingkungan serta sumber daya yang lain untuk tetap mendukung kesejahteraan.
4. Memiliki dasar-dasar untuk pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan.
5. Memiliki sarana untuk mencatat dan menilai pelaksanaan dan manfaat kegiatan pembangunan daerah.
Perencanaan tidak berarti hanya pembuatan proyek-proyek atau pengesahan usulan proyek atau kegiatan, dan juga bukan hanya untuk membagi-bagi dana dan sarana yang disediakan untuk pembangunan daerah.
Secara teknis, perencanaan pembangunan daerah menurut Piran Wiroatmodjo dkk ( 2001 ; 42 ), terdiri atas kegiatan-kegiatan yang dapat dikelompokkan menjadi unsur-unsur perencanaan sebagai berikut :
1. Persiapan Perencanaan.
2. Pengumpulan dan analisis data.
3. Penentuan hasil yang diharapkan dari pembangunan daerah secara keseluruhan (visi pembangunan total).
4. Penentuan Strategi pembangunan daerah.
5. Penentuan sasaran-sasaran pada setiap sector pembangunan.
6. Penentuan strategi pelaksanaan untuk mencapai hasil yang diharapkan pada setiap sasaran pada setiap sector.
7. Penentuan tahapan-tahapan pembangunan dan hasil yang ingin dicapai pada setiap tahapan pelaksanaan (visi temporal) baik secara keseluruhan maupun pada setiap sector.
8. Penentuan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan disertai urutan prioritas pelaksanaan pada setiap sector.
9. Penyusunan rencana pembangunan daerah.
10. Penetapan rencana pembangunan daerah dalam peraturan daerah (PERDA) menjadi Program Pembangunan daerah (PROPEDA) dan penjabaran untuk pelaksanaannya.
Tujuan filsafat perencanaan diharapkan akan dapat menguraikan hakekat kebenaran dari segala sesuatu yang ada ( entologi) dan nilai-nilai (aksiologi) yang akan terjadi di dallam perencanaan. Filsafat perencanaan juga diharapkan akan dapat menguraikan beberapa komponen penting dalam sebuah perncanaan yakni : tujuan apa yang hendak dicapai, kegiatan tindakan-tindakan untuk merealisasikan tujuan dan waktu kapan, bilamana tindakan tersebut hendak dilakukan. Kerangka pikir dari filosofi perencanaan dapat dirumuskan sebagai berikut :
· Strategi perencanaan adalah untuk membentuk/membuat suatu konsep/konteks untuk keputusan dalam kelembagaan.
· Tujuan dan proses perencanaan adalah untuk merumuskan arah pelembagaan dan berusaha untuk lebih baik.
· Hasil yang diinginkan dari proses perencanaan adalah untuk menyajikan suatu dokumen yang penting , berguna bagi semua orang.
Filosofi perencanaan sebagai perencanaan strategis mengandung visi , misi , tujuan , sasaran , kebijakan , program dan kegiatan yang realitas dengan mengantisipasi perkembangan masa depan.
Type/Jenis Perencanaan
Ada dua tipe dasar perencanaan dasar yaitu (James Af Stoner dan R . Edward Freeman, 1994) :
  1. Perencanan strategis, perencanaan yang dilakukan oleh para manajer puncak dan menengah untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih luas, dan
  2. Perencanaan operasional , perencanaan yang memperlihatkan bagaimana perencanan strategis akan diimplementasikan dalam kegiatan sehari – hari.
Dalam memperkenalkan konsep tentang perencanaan, John S. Westren menyebutkan beberapa perencanaan yang mempunyai dimensi strategis menyangkut koneksitas objek tersebut dengan objek yang lain, yaitu :
a. Perencanaan Tata Guna Lahan ( Perencanaan Land – Use )
Istilah Land – Use (Tata Guna Lahan) pertama kali berasal dari Inggris oleh Ebenezer Howard dengan kota pergerakan yaitu pertanian (kebun) . Perencanaan Tata Guna Lahan mempunyai tiga ciri utama yaitu area pekerjaan , area pemanfaatan dan area hubungan masyarakat. Tetapi telah terdapat modifikasi dan sudut pandang yang berbeda yaitu : pengaturan penggunaan tanah adalah dasar dari semua , selain itu berasal dari paham yang menganut marxisme sebagai dasar yang menghubungkan suatu argumentasi
b.Perencanaan Transportasi
Perencanaan Transportasi lekat hubungannya dengan perencanaan tata guna lahan. Istilah perencanaan transportasi berasal dari Amerika. Perencanaan transportasi muncul ketika kota besar di negara tersebut mengalami permasalahan yang buntu yaitu ketika masalah transportasi diperhadapkan dengan pembebasan tanah. Tetapi menurut (1966) hal tersebut dapat menyelsaikan permasalahan dengan adanya ketetapan fasilitas yang mampu mengakomodasi suatu perjalanan ke masa depan dan diharapkan dapat memelihara dan memberi harapan dalam pengembangan kota besar tersebut. Tujuan perencanaan transportasi yang utama adalah untuk menentukan penempatan jalan untuk kendaraan cepat dan revitalisasi pemindahan sebagai bagian dari suatu strategi transportasi yang menyeluruh dan dapat melayani kota besar dan bagian pinggiran kota.
c. Perencanaan Sosial
Sejumlah pelopor dari sosiologi Amerika ikut dilibatkan dalam tindakan untuk menyelesaikan issu sosial di negara tersebut terutama dalam pergerakan perubahan sebagai rencana pembangunan kota, rekreasi publik , dan kesehatan masyarakat.Tetapi setelah pergerakan perubahan terjadi posisi sarjana sosialogi digantikan oleh para profesional (Insinyur). Perencanaan sosial dari suatu tinjauan ulang memiliki pengertian sebagai berikut menurut Mayer (1972) bahwa salah satu dari tiga tema dasar memberikan pendapat yang paling konseptual. Yang pertama mempunyai kaitan dengan ketentuan efisiensi tentang jasa terorganisir ke individu untuk membantu mereka memberdayakan efisiensi dalam lingkungan atau hambatan terhadap kemajuan dalam sistem ini. Yang kedua bertalian dengan pengintegrasian dari semua program dan merancang mengembangkan kehidupan kota besar dengan pertimbangan menyangkut peningkatan kesejahteraan penduduk , dan yang ketiga adalah menggunakan tekanan dan pengendalian terhadap distribusi sumberdaya.
d. Perencanaan Ekonomi
Mitchell (1966) menegaskan bahwa obyek dari perencanaan ekonomi adalah menggunakan sumberdaya bangsa dengan sebaik mungkin. Istilah dari perencanaan ekonomi telah digunakan pertama kali di Uni Soviet tahun 1928. Tidak lama setelah perang dunia perencanaan ekonomi sudah dianut oleh negara – negara lain karena prinsip dasarnya sangat luas dan mudah. Hal-hal yang perlu diutamakan dari semua perencanaan ekonomi adalah suatu pernyataan dalam istilah yang kuantitatif dari suatu pemerintahan yang tertarik tentang ukuran dan karakter dari sejumlah bagian yang menyangkut output ekonomi dari suatu negeri dan sumberdaya yang diharapkan dapat digunakan dalam produksi.
2. PANDANGAN UMUM (GENERAL OBJECTIVES)
Sebelumnya banyak dari rencana dan perencanaan dibuat sebagai suatu keperluan , baik secara sosial maupun ekonomi . Tujuan utama dari catatan ini yaitu adanya pertimbangan yang disebabkan oleh dua pemikiran : 1) menyangkut lingkungan dimana masyarakat tinggal (Beer 1975 : Emery 1974). 2) kepercayaan terhadap tindakan manusia yang rasional dalam meningkatkan kondisi kehidupan (Ozbekhan 1968).
Perencanaan adalah suatu format yang diintervensi dengan tujuan mempengaruhi perubahan struktur sosial yang secara sadar dan masuk akal untuk dilakukan . Segi pandangan ini serupa dengan yang dikemukakan oleh Faludi (1973) yang mengakui bahwa Perencanaan merupakan suatu tindakan dengan kepuasan diri seseorang untuk menyajikan pilihan dalam suatu format dari akibat proses perencanaan yang masuk akal dan benar-benar memiliki kasus. Pandangan perencanaan ini serupa di dalam konteks yang berbeda dengan sistem operasional riset. Quade (1968) menggambarkan dengan analisa sistem yaitu suatu pendekatan sistematis untuk membantu pembuat keputusan dengan menyelidiki semua masalah , mencari sampai dapat sasaran dan beberapa alternatif tindakan. Pandangan lain mengemukakan bahwa perencanaan merupakan aktivitas yang tujuan utamanya mengarah untuk memproduksi perubahan terhadap sikap dan prilaku individu. Roger Everett (1962) membicarakan tentang “Difusi Inovasi” dalam konteks ini telah menguji beberapa cara yang inovatif seperti gagasan baru dan praktek yang diadopsi oleh komunitas atau kelompok yang berbeda. Disini perhatian terpusat pada perubahan di dalam pola sosial tradisional.
Sehingga sampailah pada pertanyaan yang menyangkut struktur strategi perencanaan. Tetapi barangkali secara realitas adalah bagaimana cara mengembangkan struktur tersebut dan dapat diambil beberapa konsep tentang perencanaan dalam mencapai sasaran perencanaan yaitu :
  • Menetapkan kerangka kerja untuk tindakan dasar masa depan diatas kepentingan masyarakat.
  • Menyiapkan visi terpadu untuk mengorganisir.
  • Menyiapkan suatu alat ukur yang layak dan akurat serta menetapkan target yang dievaluasi .
· Mengurangi dan merespon dari kebutuhan masyarakat dan pemilik lain.
· Lebih fleksibel dan mudah diperbaharui.
· Lebih mudah dimengerti oleh masyarakat dan lebih sangat berarti jika dihubungkan dengan operasional perencanaan dan keuangan.
Dengan memperkenalkan konsep perencanaan ini struktur bisa terbentuk baik dalam skala ukuran besar maupun kecil sehingga menghasilkan perubahan dalam kehidupan masyarakat.
3. PROSES PERENCANAAN
Proses perencanaan dalam manajemen merupakan aktivitas yang berusaha memikirkan apa saja yang akan dikerjakannya, berapa ukuran dan jumlahnya, siapa saja yang akan melaksanakan dan mengendalikannya agar tujuan organisasi dapat tercapai. Gagasan mengenai perencanaan pada awalnya berkembang dari pemikiran ekonomi yang didasarkan pada masalah kebutuhan, yakni bagaimana pengaturan sumber-sumber yang terbatas dari suatu kebutuhan yang besar, luas dan terus berkembang. Dalam konteks ini termuat dimensi kalkulasi, prediksi dan pengaturan.
Tahap implementasi sebagai salah satu bagian dalam proses perencanaan merupakan pelaksanaan terhadap suatu kebijakan yang telah diambil (diputuskan) dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia (manusia dan finansial) oleh unit-unit administrasi. Kamus Webster (Wahab, 2001; 64), merumuskan bahwa mengimplementasikan (to implement) diartikan sebagai menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu (to provide the means for carrying out), menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu (to give practical effect to). Sedangkan Meter dan Horn (Wahab, 2001 ; 65) merumuskan proses implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan (those actions by public or private individuals (or groups)that are directed at the achievement of objectives seth for in prior policy decisions).
Menurut Thompson dan Strickland (1996) ada banyak pendekatan dalam melakukan perencanaan, yaitu:
1. The Master Strategist Approach, dimana proses perencanaan sangat didominasi oleh satu orang yang disebut sebagai ahli strategi. Perencanaan ini sesuai untuk organisasi yang masih bersifat sederhana dengan banyak staf karyawan yang masih belum siap untuk melakukan perencanaan.
2. The Delegate it to others, pendekatan dimana pemimpin cenderung untuk melemparkan pekerjaan perencanaan kepada level manajemen dibawahnya. Biasanya pemimpin yang melakukan hal ini kurang menguasai bidang usaha yang dipimpinnya.
3. Model collaborative approach yang merupakan kerja dari seluruh anggota organisasi. Pendekatan ini akan memberdayakan anggota organisasi pada level menengah dan bawah, serta selaras dengan kepentingan dan keinginan pimpinan.
4. The Champion approach, cara pembuatan perencanaan usaha yang biasanya dilakukan pada organisasi yang terdiversifikasi dan berskala besar, dimana pimpinan puncak tinggal melakukan koreksi dan evaluasi dari perencanaan yang diajukan oleh unit bisnis-unit bisnisnya.
Penentuan pendekatan dalam proses perencanaan strategis merupakan langkah awal yang penting dan menentukan untuk peluang diterapkannya strategi yang akan direncanakan. Pemilihan pendekatan ini sangatlah ditentukan oleh sifat dan skala organisasi, model dan kompetensi kepemimpinan, serta kapasitas dan kemampuan staf organisasi untuk melakukan perencanaan. Setelah melakukan perencanaan usaha, maka langkah penting selanjutnya adalah bagaimana mengimplementasikan rencana usaha.
.Mengadaptasi pemikiran Thompson dan Strickland, di Indonesia dalam merencanakan pembangunan dapat dikategorikan kedalam perencanaan Model collaborative approach atau perencanaan partisipatif, dimana semua unsur masyarakat diharapkan terlibat aktif baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan. Model ini menjadi acuan dalam proses-proses pembangunan karena lebih sesuai dengan kultur Indonesia dimana sistem kekerabatan, gotong royong dan musyawarah merupakan bagian integral dari kehidupan sosial. Dari model perencanan yang melibatkan partisipasi masyarakat ini ada banyak manfaat yang dapat dipetik yaitu :
§ Tahap Perencanan melahirkan Sense of identification
§ Tahap implementasi melahirkan sense of integrity (rasa kesatuan, kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan)
§ Tahap pemanfaatan hasil melahirkan sense of belonging (rasa memiliki)
§ Tahap evaluasi melahirkan sense of responsibility (rsa ikut bertanggung jawab terhadap hasil-hasil pembangunan yang termanifestasi dalam bentuk pengawasan secara berlanjut).
Adapun strategi pengembangan partisipasi meliputi :
§ Strategi penyadaran masyarakat (dari sisis peranan aparat pemerintah local)
§ Rencana pembangunan harus disesain dalam skala kecil, dalam skala organisasi pelaksana kecil, wilayah operasinya kecil, target penerima manfaat kecil.
§ Berdimensi self-help (menolong diri sendiri)
Lima tahap dalam metode perencanaan partisipatif :
1. Pengumpulan, analisis dan interpretasi data.
Prisnsip-prinsip pengumpulan data :
§ Pengumpulan data dilakukan oleh anggota masyarakat
§ Data minimal harus menjadi prinsip
§ Data yang dikumpulkan harus disesuaikan dengan kegiatan yang direncanakan
§ Peralatan pengumpulan data, format data, bentuk-bentuk survey harus sesesderhana mungkin agar mudah dipahami dan dapat ditabulasi sendiri oleh anggota masyarakat
§ Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara sukarela (mobilisasi, pelatihan, perencanan dan manajemen)
2. Identifikasi masalah dan kebutuhan, harus diperhatikan :
§ Kebutuhan masyarakat dengan memberikan prioritas kepada kebutuhan kelompok yang lebih dominant (banyak)
§ Kepentingan masyarakat dalam menyelesaikan masalah-masalah dan kesediaannya untuk menyediakan sumberdaya.
§ Tahapan (urutan) penyelesaian masalah harus didasarkan kepada jumlah dan besarnya masalah yang dihadapi
§ Keterkaitan dengan masalah yang satu dengan yang lain karena mungkin masalah yang satu dipengaruhi atau disebabkan oleh masalah lainnya.
3. Analisis Kesulitan dan Hambatan
ü Strategi Pembatasan dapat digunakan untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan ang dihadapi, karena strategi ini dapat memformulasikan kecenderungan-kecenderungan social, ekonomi dan kondisi geografis serta ketersedian sumberdaya.
ü Beberapa hal penting dari suatu strategi adalah :
o Menetapkan tanggung jawab untuk tugas tertentu dan menentukan jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan. Jika kualifikasi tenaga yang dibutuhkan tidak tersedia mak dibentuk pelatihan seseuai dengan kebutuhan. Memperhatikan kebutuhan tekhnis.
o Paket pelayanan yang dibutuhkan untuk setiap jenis input.
o Melengkapi struktur organisasi dan keterkaitan dengan instansi pemerintah untuk pelaksanaan suatu kegiatan.
o Rencana pelaksanaan yang detail dari setiap aktivitas.
o Menetapkan jumlah dana yang dibutuhkan, sumber-sumber pendanaan
o Mendisain system monitoring yang partisipatif.
o Penyusunan kerangka perencanaan pembangunan.
  1. Penetapan Tujuan :
§ Tujuan ditetapkan berdasarkan hasil kajian tentang masalah yang dihadapi oleh daerah yang bersangkutan.
- Keterkaitan antara tujuan yang berbeda.
- Tujuan yang ditetapkan dapat diterima oleh senua komponen masyarakat.
- Kelayakan pencapaian tujuan diuji berdasarkan ketersediaan input (tenaga, bahan baku, pembiayaan dari pemerintah, masyarakat, swasta)
- Jangka waktu pencapaian tujuan harus jelas.
- Lokasinya spesifik
- Menetapkan kelompok sasaran.
5. Kerangka kelembagaan yang dibutuhkan
Sejumlah kelompok silibatkan dalam masyarakat (kolaborasi) :
- Kelembagaan penduduk local
- Pemerintah
- L S M
- Swasta
- Lembaga Internasional
Menurut Pian Wiroatmodjo dalam kegiatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan usulan/aspirasi dari masyarakat, (keterpaduan bottom up – top down planning) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Musyawarah pembangunan tingkat desa/kelurahan (Musbangdes).
2. Temu Karya Pembangunan Tingkat Kecamatan.
3. Rapat Koordinasi Pembangunan (Rakorbang) tingkat Kabupaten/Kota.
4. Rapat Koordinasi Pembangunan (Rakorbang) tingkat Propinsi.
5. Konsultasi Regional Pembangunan (Konregbang) sebagai forum kebersamaan antar propinsi pada wilayah regional yang bersangkutan.
6. Konsultasi Nasional Pembangunan (Konasbang) sebagai forum perencanaan pembangunan di Pusat menjelang penyusunan RAPBN.
Dalam proses ini perlu mendapat perhatian adalah perlunya upaya terus menerus meningkatkan kualitas bottom up planning. Agar didapat perencanaan yang mencerminkan kondisi yang ada dan dihadapi oleh masyarakat di tingkat bawah. Sehingga pada akhirnya nanti pada saatnya pelaksanaan akan mendapatkan simpati dan pastisipasi masyarakat secara penuh, mengingat pelaksanaan pembangunan tersebut merupakan hasil aspirasi dan benar-benar pemecahan permasalahan yang sedang dihadapinya.
Dari perencanaan yang baik tersebut diharapkan dapat tersaring kebutuhan masyarakat yang mana yang benar-benar mendapatkan prioritas pemecahan utama dan mana yang mendapatkan prioritas berikutnya, sehingga dari perencanaan inilah diharapkan partisipasi masyarakat muncul dan pemberdayaan sumber daya manusia yang optimal. Pada akhirnya akan mewujudkan suatu kondisi masyarakat yang madani (Civil Society) seperti yang dicita-citakan oleh pemerintahan sekarang.